Ritual Gunung Kemukus by Floribertus Rahardi

21/01/2020 at 14:33 (novel)

Relindonesia
donderdag 9 april 2015

In earlier blogs I wrote about two novels by F. Rahardi: the very funny Para Calon Presiden (2009:return of Jesus on earth to give advice to candidates for presidency) and Lembata (about a priest who turns into development worker). The novel Ritual Gunung Kemukus is about a place of pilgrimage in a region East of Surakarta, where people can receive help in material problems by praying, bathing and having sex with another than the own permanent partner.

I found the book less interesting than the earlier books. Central figure is some journalist Meilan, who interviews people who have their material problems and seek help at ‘Gunung Kemukus’, located very close to the Kedung Baca entri selengkapnya »

Permalink Tinggalkan sebuah Komentar

LEMBATA, Sebuah Novel (II)

06/01/2020 at 12:31 (novel)

Oleh : Charles dm

Sebagaimana yang telah dikemukakan bagian pertama, LEMBATA, Sebuah Novel (LSN) merupakan sebuah karya yang mempertanyakan keberadaan Gereja Katolik sebagai pembawa keselamatan dan kesejahteraan manusia. Gereja Katolik merupakan sebuah institusi religius yang telah berpamor dan merebut hati jutaan manusia sehingga kepadanya umat manusia menggantungkan harapan dan cita-citanya. Bukan tanpa alasan. Selain faktor historis berupa sepak-terjangnya yang telah mengakar dalam lembaran sejarah peradaban umat manusia juga karena kekuatan spiritual yang terpancar dari dalam tubuh Gereja sendiri. Tidaklah terlalu naif jika dikatakan bahwa aura religius yang menyembul dari balik kata-kata doktrinal, janji keselamatan yang terformulasi dalam berbagai ajaran Baca entri selengkapnya »

Permalink Tinggalkan sebuah Komentar

LEMBATA, Sebuah Novel (I)

30/12/2019 at 16:14 (novel)

Oleh Charles dm

Tradisi berburu paus..itulah salah satu yang membuat Lembata menjadi terkenal. Ya, sebuah pulau dalam gugusan kepulauan Nusa Tenggara Timur. Namun bukan tempat itu yang mau dibicarakan, tetapi novel berjudul LEMBATA yang ditulis oleh salah satu sastrawan Indonesia, F.Rahardi.

Semuanya bermula dari Pedro. Pedro adalah tokoh fiktif yang diangkat dalam Lembata, Sebuah Novel (selanjutnya disingkat LSN). Alkisah, sebagai seorang imam keuskupan Larantuka yang diutus untuk mendalami ilmu ekonomi pada Universitas Atmajaya-Jakarta, Pedro kemudian bersua dengan Luciola, seorang putri konglomerat Robby Baca entri selengkapnya »

Permalink Tinggalkan sebuah Komentar

BIARLAH ROH ALLAH YANG BEKERJA

28/05/2018 at 15:26 (artikel)

Spiritualitas Dijkstra

Ada dua sisi ekstrem spriritualitas Katolik. Di sebelah kanan terdapat rahib O.C.S.O. yang kerjanya hanya berdoa. Di sisi kiri terdapat Opus Dei yang bisa menjadi suci melalui pekerjaan masing-masing. Di tengah dua sisi ekstim inilah posisi spiritualitas Serikat Jesus.

SJ juga mengejar penyatuan diri dengan Allah melalui kontemplasi. Tetapi tarekat ini juga berkarya di berbagai bidang. Allah bukan hanya yang berada di atas dan perlu dimuliakan dengan doa-doa, melainkan juga sesama manusia yang masih menderita secara fisik maupun spiritual. Fisik lemah kalau spiritual kuat, tak terlalu perlu bantuan. Yang mendesak dibantu, Baca entri selengkapnya »

Permalink Tinggalkan sebuah Komentar

GATOLOCO DAN DEWI MLENUKGEMBUK

11/05/2018 at 11:17 (artikel)

Makalah Kemah Sastra IV Medini

Oleh F. Rahardi

Gatoloco, merupakan tokoh sentral dalam buku dengan judul sama. Lengkapnya judul buku itu Suluk Gatoloco, Kitab Gatoloco, Balsafah (filsafat) Gatoloco. Buku yang menggunakan Bahasa Jawa modern, dengan huruf Jawa ini dan terbit di Kasunanan Surakarta, Jawa Tengah; pada awal abad 19, atau akhir abad 18 ini merupakan karya seorang penulis anonim.

Pada kurun waktu itu pun, buku ini sudah menggegerkan kalangan establish, terutama elite Kasunanan dan para ulama. Setelah Indonesia Merdeka, buku ini resmi dilarang oleh Baca entri selengkapnya »

Permalink Tinggalkan sebuah Komentar

ANTARA SADAR DAN TIDAK SADAR

20/03/2018 at 11:23 (artikel)

Proses Kreatif F. Rahardi dalam Menulis Cerpen

Saat seseorang sadar sepenuhnya, sebaiknya ia menulis artikel atau surat cinta. Puisi, cerita pendek, dan novel yang baik, ditulis antara sadar dan tidak sadar. Kalau tak sadar 100% (pingsan, koma, mabuk, atau kesurupan) tidak mungkin bisa menulis.

Pada pertengahan dekade 2000, saya ingin menulis cerpen berjudul Alun-alun Surya Kencana. Ini merupakan nama sebuah padang edelweis di Taman Nasional Gunung Gede dan Pangrango, Jawa Barat. Saya demikian mengagumi tempat ini, hingga saat menulis cerpen tidak bisa menjaga jarak. Isinya Baca entri selengkapnya »

Permalink Tinggalkan sebuah Komentar

PARAGRAF 2017 (31)

06/03/2018 at 11:05 (artikel)

Saya punya banyak teman, tapi sama sekali tak punya sahabat. Lho kok bisa? Padahal biasanya orang-orang itu mengaku punya banyak sahabat. Teman berkonotasi lebih netral, sahabat memberi kesan kedekatan dan keakraban. Sahabat mestilah saling berkunjung, rutin berkomunikasi, memberi ucapan selamat ulang tahun dan yang semacam itu. Kalau ada Baca entri selengkapnya »

Permalink Tinggalkan sebuah Komentar

PARAGRAF 2017 (30)

22/02/2018 at 12:17 (artikel)

Barusan saya dipuji teman FB, karena “hafal” nama latin hewan dan tumbuhan. Padahal sebenarnya ya tidak. Sebagian besar nama hewan dan tumbuhan penting, saya memang hafal. Tapi masih lebih banyak yang tak hafal. Karenanya, setiap kali mau menuliskan nama latin tumbuhan, saya selalu lihat ke situsnya The Plant Names Index (IPNI). Tapi kalau nama hewan, harus lebih difokuskan lagi ke mamalia, burung, ikan, amfibi, reptil, moluska, serangga dll.
Cek ke Wikipedia boleh saja, tapi sekadar dijadikan sebagai info awal. Bukan rujukan. Sumber rujukan mestilah situs-situs resmi Baca entri selengkapnya »

Permalink Tinggalkan sebuah Komentar

PARAGRAF 2017 (29)

05/02/2018 at 13:14 (artikel)

Pada suatu pagi tahun 2003, saya nongkrong di Warung Mbah Jadah (Mbah Waginem Karto Pawiro), di Kota Kecamatan Sela, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Ada seorang ibu bertanya, “Punya ayam Mbah?” Mbah Jadah menjawab, “Punya.” Waktu itu warung pas ramai. Setelah agak sepi, Ibu-ibu tadi kembali bertanya, “Mana ayamnya Mbah?” Mbah Jadah kembali menjawab sambil menunjuk, “Itu.” Si Ibu protes, “Kok saya Baca entri selengkapnya »

Permalink Tinggalkan sebuah Komentar

PARAGRAF 2017 (28)

29/01/2018 at 14:48 (artikel)

Dalam pertemuan antara Masyarakat Indonesia di Australia dengan Presiden Joko Widodo; Mika sempat grogi, sulit menyebut tujuh suku dari 1.340 suku yang ada di Indonesia. Pertemuan itu berlangsung di Darling Harbour Theatre, Sydney, Minggu, 26 Februari 2017. “Pak saya deg-degan, Pak; di depan saya enggak bisa mikir, Pak,” kata Mika. Berbicara, juga menulis, memang bukan sekadar keterampilan merangkai kata-kata menjadi kalimat, dan kalimat menjadi paragraf. Berbicara dan menulis adalah mengemukakan pokok-pokok Baca entri selengkapnya »

Permalink Tinggalkan sebuah Komentar

Next page »